Kalian tentunya pernah bertanya-tanya, kenapa kita bisa melihat gajah, harimau, dan orangutan di Sumatra atau Kalimantan, tetapi justru kasuari, kanguru pohon, dan burung cendrawasih di Papua? Padahal keduanya berasal dari Indonesia, bukan? Jawabannya adalah Indonesia berada di persimpangan dua dunia besar: Asia dan Australia, yang menyebabkan perbedaan ini. Pulau-pulau di bagian timur lebih dekat dengan Australia karena sejarah geologi jutaan tahun lalu. Bagian barat lebih dekat ke Benua Asia. Hewan ala Asia dan ala Australia dipisahkan secara alami oleh "garis imajiner" yang dikenal sebagai Garis Wallace dan Garis Weber. Karena Indonesia menghubungkan dua dunia satwa yang berbeda, hewan di Indonesia sangat beragam dan unik. Untuk lebih lanjut yuk kita bahas, alasan mengapa Indonesia menjadi negara dengan kekayaan diversifitas tinggi di dunia!
1) Mengapa Indonesia superkaya hayati?
Indonesia berada di zona tropis, berupa kepulauan besar-kecil, dengan rentang pegunungan, dataran rendah, lahan gambut, sampai pesisir mangrove. Kombinasi iklim + sejarah geologi ini melahirkan “laboratorium alam” berisi banyak spesies endemik. Kawasan Wallacea (Sulawesi–NTB–NTT–Maluku) bahkan diakui dunia sebagai hotspot keanekaragaman hayati karena endemisme tinggi dan ancaman habitatnya besar. Konsep “hotspot” sendiri lahir dari literatur konservasi klasik (Myers dkk., Nature, 2000).
2) Sekat Biogeografi: Garis Wallace & Weber (kunci memahami persebaran fauna)
- Garis Wallace: batas faunal klasik yang membentang dari Selat Lombok (Bali–Lombok) ke Selat Makassar (Kalimantan–Sulawesi). Di baratnya fauna bergaya Asia, di timurnya campuran Asia–Australasia.
- Garis Weber: berposisi lebih ke timur (antara Sulawesi–Halmahera), sering dipakai untuk menandai “titik seimbang” unsur Asiatis vs Australis.
Catatan kelas: tumbuhan (flora) tidak selalu “patuh” pada batas ini karena penyebaran biji/angin/arus berbeda dengan hewan, tetapi pola besar tetap terlihat.
3) Peta Besar Persebaran Fauna Indonesia
- Tipe Asiatis – Sumatra, Jawa, Kalimantan, Bali. Ciri: banyak mamalia besar khas Asia (gajah, badak, harimau), kera besar, kucing liar. Contoh fokus: orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus).
- Tipe Peralihan (Wallacea) – Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku. Ciri: campuran unik—anoa, babirusa, komodo, maleo, berbagai kuskus.
- Tipe Australis – Papua & Kep. Aru. Ciri: dominasi burung endemik (mis. cendrawasih), kasuari, kanguru pohon.
4) Persebaran Flora (tipe ekosistem/hutan utama)
- Hutan hujan dataran rendah & dipterokarpa (Sumatra–Kalimantan–Papua): kanopi rapat, pohon besar, keanekaragaman tinggi.
- Hutan pegunungan (montane): ketinggian lebih sejuk, banyak tumbuhan berdaun keras, lumut epifit melimpah.
- Hutan rawa gambut (Sumatra–Kalimantan, sebagian Papua): kaya karbon, namun terancam drainase/konversi; sangat penting bagi mitigasi iklim.
- Mangrove (pesisir Nusantara): bakau, api-api, nipah—pelindung pesisir & “pabrik” biota laut.
- Hutan musim & sabana (Jawa timur bagian kering, Bali, NTT): pohon jarang, rumput dominan; api dan penggembalaan berperan besar pada dinamika ekosistem.
Inti pengantar: iklim + bentuk lahan + sejarah geologi → memetakan siapa tinggal di mana (flora–fauna).
5) Contoh Kasus Nyata (Tugas)!
Kasus 1 — Orangutan Kalimantan (Tipe Asiatis): habitat turun, populasi tertekan
-
Riset menyebut ± setengah populasi orangutan Borneo terdampak logging/deforestasi/konversi 1999–2015; hilangnya hutan menyebabkan penurunan tajam meski tidak selalu karena tebang habis.
-
Update jurnalisme sains-lingkungan: 2024 terjadi lonjakan deforestasi legal; >108 ribu ha habitat orangutan terdampak—mengindikasikan tekanan berlanjut.
-
Studi lapangan & tinjauan mutakhir juga menyoroti pembunuhan/konflik dan fragmentasi habitat.
Bahan diskusi kelas: bagaimana kebijakan sawit/HTI, restorasi gambut, dan koridor satwa bisa menekan laju kehilangan habitat?
Kasus 2 — Komodo di Taman Nasional Komodo (TNK) (Tipe Peralihan): mangsa (rusa) jadi kunci
-
Pengelolaan TNK sering dipuji, namun perburuan rusa (mangsa utama komodo) pernah dicatat sebagai ancaman signifikan; penguatan patroli dan zona penyangga dilakukan untuk cegah perburuan & kebakaran.
-
Penelitian terbaru menimbang keseimbangan konservasi vs pariwisata agar habitat komodo tetap prima.
Bahan diskusi kelas: mengapa menjaga rantai makanan (mangsa-predator) sama pentingnya dengan menjaga spesies ikoniknya?
Kasus 3 — Cendrawasih (Paradisaeidae) di Papua (Tipe Australis): endemisme tinggi, tekanan meningkat
-
Tinjauan ilmiah: keragaman & endemisme cendrawasih sangat tinggi di New Guinea/ Papua; ancaman utama kehilangan habitat & perburuan.
-
Data konservasi (BirdLife/IUCN) menunjukkan beberapa spesies menurun akibat hilangnya hutan dan perburuan.
Bahan diskusi kelas: bagaimana peran hutan adat & praktik budaya dapat selaras dengan konservasi burung endemik?
Kasus 4 — Sabana Nusa Tenggara Timur (NTT): peran api & penggembalaan
-
Kajian ekologi sabana di Jawa–Bali–Lombok–NTT menemukan api & penggembalaan membentuk komposisi komunitas; beberapa spesies seperti ampupu (Eucalyptus urophylla) dominan dan bernilai ekonomi.
Bahan diskusi kelas: kapan api menjadi alat pengelolaan ekosistem, dan kapan menjadi ancaman?
Tugas!
- Pilih 2 dari 4 studi kasus untuk kamu kerjakan!
- Tulis di selembar kertas, Fotokan, dan kirimkan ke drive yang tersedia:
Kelas XI-2: disini aja!
Kelas XI-3: sini oi...
Daftar Pustaka
-
Ali, J. R. (2023). Wallace’s line, Wallacea, and associated divides and areas. Journal of Biogeography.
-
Anitha, K., dkk. (2015). Wood density in Indonesian forest types (mangrove, gambut, dipterokarpa). CIFOR.
-
Indrajaya, Y., dkk. (2022). Tropical Forest Landscape Restoration in Indonesia. Land.
-
Marchese, C. (2015). Biodiversity hotspots: a shortcut… Journal for Nature Conservation.
-
Murray, J. P., dkk. (2015). Spatial patterns of carbon & biodiversity in Indonesia. PNAS (PMCID).
-
Myers, N., dkk. (2000). Biodiversity hotspots for conservation priorities. Nature.
-
Omar, M. S., dkk. (2022). Peatlands in Southeast Asia (review). Earth-Science Reviews.
-
Satyana, A. H. (2011). Sulawesi: Where Two Worlds Collided (geologi & Wallace Line). IAGI.
-
Sutomo (2017). Ecology of Savanna Ecosystems in Indonesia (tesis komparatif sabana).
-
WWF (2007). Forests of Borneo (tipe hutan & sebaran).
-
Kasus Orangutan:
-
Voigt, M., dkk. (2018). Global demand & orangutan decline 1999–2015. Current Biology.
-
Mongabay (2025). Lonjakan deforestasi 2024 & dampaknya pada habitat satwa kunci.
-
-
Kasus Komodo:
-
UNESCO (State of Conservation, TN Komodo).
-
Sianipar, I. M. J., dkk. (2024). Evaluasi program konservasi komodo. Journal of Outdoor Recreation & Tourism.
-
-
Kasus Cendrawasih:
-
Heads, M. (2001). Birds of paradise: biogeography & ecology review. Journal of Biogeography.
-
Raunsay, E. K., dkk. (2025). Conservation challenges of Birds-of-Paradise in Papua (systematic review).
-
BirdLife Datazone: Paradisaea minor factsheet.
-
-
Tambahan Indonesia (sumber ajar):
-
Modul Geografi SMA – Persebaran Flora & Fauna (Kemdikbud).
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah memberi masukan kepada kami!