Indeks Kebahagiaan Penduduk


Jangan berpikir tentang gedung pencakar langit dan jalan tol yang megah di era modern ini, ukuran paling penting dari keberhasilan pembangunan sebuah daerah adalah senyum warganya. Sudah waktunya kita mengubah perspektif kita dari hanya melihat Produk Domestik Bruto (PDB) yang kaku ke sesuatu yang lebih dekat dan menyentuh hati: Indeks Kebahagiaan Penduduk. Indeks ini adalah laporan aktual yang menunjukkan bahwa hanya kualitas hidup yang berfokus pada kesehatan mental, lingkungan yang bersih, dan koneksi sosial yang kuat bukan kemewahan semata yang dapat menciptakan wilayah yang sustainable dan membuat kita betah hidup.

Gambar 1. Kondisi Memprihatinkan Penduduk Ibukota

Indeks Kebahagiaan Penduduk (IK)

Indeks Kebahagiaan (IK) telah berkembang dari ukuran psikologis menjadi indikator penting untuk geografi.  IK berfungsi sebagai tolok ukur Subjective Well-Being (SWB) yang menggambarkan bagaimana pengalaman hidup manusia dipengaruhi oleh kualitas lingkungan, tata ruang, dan aksesibilitas wilayah.

Kajian Ilmu Geografi, IK adalah hasil dari interaksi kompleks antara manusia dan lingkungannya (baik alami maupun buatan), dan merupakan representasi dari kemajuan atau kegagalan pembangunan dalam menciptakan ruang yang berdaya huni.

A. IK sebagai Alat Analisis Diferensiasi Spasial

IK menunjukkan diferensiasi spatial (perbedaan antar wilayah), yang menjadikannya penting untuk penelitian geografi, sebagai contoh dua kondisi berikut:
  1. PDB versus IK: Sebuah wilayah dapat memiliki Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang sangat tinggi (di wilayah industri atau perkotaan padat), tetapi IKnya mungkin relatif rendah (karena kemacetan, stres, dan polusi udara).
  2. Wilayah Kontras: Di sisi lain, daerah perdesaan dengan PDRB yang lebih rendah mungkin memiliki IK yang lebih tinggi karena dukungan sosial yang kuat dan kualitas lingkungan alam yang tetap terjaga.
Fenomena ini tentu menjadi tinjauan yang dapat membantu perencana daerah menemukan tempat ketidakseimbangan antara kemajuan ekonomi (aspek kuantitatif) dan kesejahteraan manusia (aspek kualitatif). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tiga dimensi IK utama adalah variabel geografis yang berakar pada kondisi keruangan:

Dimensi IKRelevansi Geografis/KeruanganKonsep Kunci
Kepuasan Hidup (Pendapatan, Pekerjaan, Pendidikan, Rumah)Menggambarkan keberhasilan Aksesibilitas spasial terhadap pusat-pusat layanan publik dan ekonomi. Kepuasan rumah terkait erat dengan kualitas Lingkungan Binaan (tata ruang perumahan).Aksesibilitas Spasial, Kualitas Lingkungan Binaan.
Kualitas Afeksi/Emosi (Perasaan Senang, Cemas, Stres)Dipengaruhi oleh kondisi fisik lingkungan seperti tingkat Polusi, Kepadatan Penduduk, dan Waktu Tempuh Perjalanan (commute time) yang menghasilkan tekanan emosional dalam ruang kota.Kualitas Lingkungan Hidup, Tekanan Urban.
Eudaimonia (Hubungan Sosial, Lingkungan, Keamanan)Merefleksikan efektivitas Perencanaan Tata Ruang dalam menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Fasilitas Publik yang mendukung interaksi sosial, serta keamanan spasial.Geografi Sosial, Perencanaan RTH, Keadilan Spasial.


IK berfungsi sebagai alat diagnosis dalam perencanaan wilayah untuk mencapai pembangunan berkelanjutan sebagai berikut:
  1. Fokus Intervensi: Geografi dapat menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk memetakan hotspot kriminalitas dan merancang ulang tata ruang (seperti pencahayaan jalan dan desain lingkungan) untuk meningkatkan keamanan spasial jika IK pada dimensi keamanan rendah.
  2. Prioritas Ekologis: Menurut Helliwell dan World Happiness Report, IK yang tinggi sering dikaitkan dengan kualitas lingkungan alami yang baik. Ini memperkuat penelitian ekologi manusia dalam geografi yang menyatakan bahwa akses ke udara, air, dan alam adalah hal penting untuk kesejahteraan manusia dan harus diprioritaskan di atas pertumbuhan industri yang merusak.
  3. Keadilan Spasial (Keadilan Spasial): IK membantu perencana menentukan apakah manfaat pembangunan (kebahagiaan) telah didistribusikan secara adil di seluruh wilayah geografis, bukan hanya di pusat kota.
Indeks Kebahagiaan memaksa para perencana untuk membangun bukan hanya kota yang makmur secara ekonomi tetapi juga wilayah yang dirancang untuk kebahagiaan dan kesejahteraan kolektif di sekitarnya. Ini adalah lensa geografis yang unik yang diberikan oleh indeks.

B. IK sebagai Tolok Ukur Geografis

Untuk alasan apa IK sangat penting dalam geografi?
  1. Membantu Perencanaan Wilayah yang Lebih Manusiawi: Jika suatu wilayah memiliki PDB tinggi tetapi IK rendah (misalnya, karena polusi dan stres), pemerintah tahu bahwa mereka harus mengalihkan fokus pembangunan ke tempat lain. Contohnya, ruang terbuka hijau, seperti taman kota, peningkatan transportasi publik, atau peningkatan layanan kesehatan mental, harus menjadi fokus utama pembangunan.
  2. Menggambarkan Ketimpangan yang Lebih Realistis: Terkadang, angka kemiskinan turun, tetapi IK warga tetap stagnan. Ini bisa karena ketimpangan sosial yang semakin parah atau akses yang buruk ke fasilitas umum, yang semuanya menyebabkan rasa tidak adil dan tidak puas. Geografi membantu menentukan di mana ketidakadilan itu berada, misalnya di pinggiran kota yang tidak memiliki fasilitas.
  3. Mendorong Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) IK sangat sesuai dengan konsep Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama dalam hal kesehatan, kesejahteraan, dan komunitas dan kota yang berkelanjutan. Pembangunan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial adalah pembangunan yang menghasilkan IK tinggi.

C. IK Penduduk Indonesia 

Menurut BPS, indeks kebahagiaan bisa diartikan sebagai publikasi yang menyajikan data dan informasi terkait tingkat kebahagiaan masyarakat Indonesia. Pengukuran tingkat kebahagiaan di Indonesia sudah dilakukan sejak tahun 2014 selama tiga tahun sekali melalui Survei Tingkat Pengukuran Kebahagiaan (STPK). Menurut BPS, kebahagiaan bisa diukur dari berbagai faktor, antara lain:
  1. Kesehatan
  2. Pendidikan
  3. Pekerjaan
  4. Pendapatan rumah tangga
  5. Keharmonisan keluarga
  6. Ketersediaan waktu luang
  7. Hubungan sosial
  8. Kondisi rumah dan aset
  9. Keadaan lingkungan
  10. Kondisi keamanan
Lebih lanjut, setiap individu secara subjektif juga memiliki berbagai faktor yang bisa mempengaruhi kebahagiaan, seperti kehidupan sosial, usia, iklim, ras, jenis kelamin, dan agama. Pada penelitian mengenai indeks kebahagiaan di tahun 2021, terungkap bahwa Indonesia mengalami peningkatan IK  dibanding tahun sebelumnya. IK Indonesia berkisar 70,69 di tahun 2017 dan meningkat menjadi 71,49 di tahun 2021. Sedangkan capaian dimensi indeks kebahagiaan kepuasan hidup Indonesia sebesar 75,16. 

Indeks Kebahagiaan Penduduk Indonesia per Provinsi
No.Provinsi201420172021
1INDONESIA68,2870,6971,49
2Aceh071,8371,24
3Sumatera Utara69,5970,8470,57
4Sumatera Barat68,9171,4671,34
5Riau69,5571,9971,8
6Jambi69,9871,3775,17
7Sumatera Selatan69,9471,8172,37
8Bengkulu68,9270,8469,74
9Lampung67,9269,5171,64
10Kep. Bangka Belitung69,6772,6173,25
11Kep. Riau70,370,7274,78
12DKI Jakarta70,8471,3370,68
13Jawa Barat68,6870,9870,23
14Jawa Tengah67,5770,3771,73
15DI Yogyakarta69,2772,6571,7
16Jawa Timur68,2971,472,08
17Banten67,9769,8368,08
18Bali68,6270,2171,44
19Nusa Tenggara Barat67,2370,5369,98
20Nusa Tenggara Timur66,7568,370,31
21Kalimantan Barat68,4670,2872,49
22Kalimantan Tengah68,0571,8873,13
23Kalimantan Selatan68,9672,3273,48
24Kalimantan Timur69,4573,4273,49
25Kalimantan Utara071,4376,33
26Sulawesi Utara68,797274,96
27Sulawesi Tengah67,8270,6774,46
28Sulawesi Selatan67,2270,4173,07
29Sulawesi Tenggara68,5270,2573,98
30Gorontalo67,6169,8574,77
31Sulawesi Barat68,3569,5673,46
32Maluku68,1771,4876,28
33Maluku Utara67,973,1576,34
34Papua67,7369,5769,87
35Papua Barat68,2670,5474,52

Catatan: 

  1. Metodologi (2014): Data Indeks Kebahagiaan tahun 2014 diukur hanya menggunakan satu dimensi (Kepuasan Hidup) dan tidak menggunakan tiga dimensi seperti tahun 2017 dan 2021. Oleh karena itu, perbandingan langsung nilai skor antara 2014 dengan tahun-tahun berikutnya tidak disarankan oleh BPS.
  2. Data (2024): Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) untuk seluruh provinsi di tahun 2024 belum dirilis secara resmi oleh BPS.
Berikut data pembanding antara negara Indonesia dengan negara lainnya sebagai berikut:

NegaraCiri GeografisTingkat KebahagiaanKeterangan
FinlandiaIklim dingin, stabilitas ekonomi tinggi, lingkungan bersihSangat tinggiSistem sosial dan kesejahteraan kuat
BhutanPegunungan Himalaya, budaya spiritualTinggiFokus pada Gross National Happiness
IndonesiaTropis, beragam budaya, pembangunan tidak merataSedangKebahagiaan tinggi di daerah dengan sosial kuat (pedesaan)

Berbagai sumber memberikan peringkat kebahagiaan Indonesia yang berbeda.  Menurut World Happiness Report 2025, Indonesia berada di urutan ke-83 di dunia dan ke-6 di ASEAN. Namun, menurut Great Power Index 2024 oleh Ray Dalio, Indonesia bahkan berada di urutan kedua sebagai negara paling bahagia di dunia dengan skor 1,58, hanya kalah dari Inggris.

Mengapa terjadi perbedaan dalam peringkat?
  1. Metodologi yang berbeda: Setiap laporan menggunakan metode dan variabel yang berbeda.  Sementara World Happiness Report menggunakan enam variabel yang lebih berfokus pada faktor sosial dan ekonomi yang diukur, GFS dan Great Power Index lebih luas dan mempertimbangkan aspek seperti makna hidup, karakter, dan hubungan personal. 
  2. Fokus yang berbeda: GFS menekankan bahwa hal-hal seperti makna hidup, hubungan sosial, dan karakter pro-sosial lebih penting daripada kemakmuran ekonomi semata; Great Power Index, di sisi lain, melihat hal-hal seperti dukungan sosial dan dukungan sosial lebih penting daripada kemakmuran ekonomi.

D. Tinjauan Geografi terhadap IK

Dari perspektif geografi manusia, ruang, lokasi, dan kondisi lingkungan rumah dipengaruhi oleh kebahagiaan penduduk.  Beberapa komponen geografis utama yang berpengaruh termasuk:

1. Kondisi Fisik Wilayah
  • Iklim: Orang-orang yang tinggal di daerah dengan iklim sedang (tidak terlalu panas atau dingin) umumnya lebih bahagia daripada orang-orang di daerah ekstrem.
  • Topografi: Daerah terpencil di pegunungan mungkin tidak memiliki fasilitas publik yang baik dibandingkan dengan daerah dataran rendah yang mudah diakses.
  • Kualitas Lingkungan: Kualitas hidup dan kesehatan mental masyarakat cenderung ditingkatkan dalam lingkungan yang bersih, hijau, dan rendah polusi udara.
2. Tingkat Urbanisasi
  • Di kota-kota, kebahagiaan dapat meningkat karena ada lebih banyak fasilitas pendidikan, kesehatan, dan hiburan.
  • Namun, faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan hidup di kota seperti kemacetan, polusi, dan biaya hidup yang tinggi dapat mengurangi kepuasan hidup.
  • Daerah pedesaan, di sisi lain, memiliki lingkungan alami yang lebih sehat, ikatan sosial yang kuat, dan peluang ekonomi yang lebih sedikit.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. (2014). Indeks Kebahagiaan 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. (2017). Indeks Kebahagiaan 2017. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. (2021). Indeks Kebahagiaan 2021. Jakarta: Badan Pusat Statistik.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah memberi masukan kepada kami!