Muhammadiyah Cipulir adalah salah satu cabang atau unit Muhammadiyah yang berlokasi di Cipulir, Jakarta Selatan. Muhammadiyah sendiri adalah salah satu organisasi Islam yang berbasis di Indonesia yang didirikan pada tahun 1912 oleh KH Ahmad Dahlan. Organisasi ini memiliki berbagai cabang di seluruh Indonesia, termasuk di Jakarta.
Cabang Muhammadiyah seperti Muhammadiyah Cipulir biasanya memiliki berbagai kegiatan dan program yang berfokus pada pendidikan, kesehatan, sosial, dan pengembangan masyarakat. Muhammadiyah Cipulir sering mengadakan kegiatan keagamaan, pendidikan Islam, pelatihan keterampilan, bantuan kesehatan, dan layanan sosial lainnya untuk masyarakat sekitar.
Keberadaan Muhammadiyah Cipulir atau cabang Muhammadiyah lainnya mencerminkan komitmen Muhammadiyah dalam memberikan pelayanan dan kontribusi yang berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat, terutama di bidang pendidikan dan kesehatan, sebagaimana yang diamanahkan dalam prinsip-prinsip dasar kemuhamadiyahan.
Sejarah Muhammadiyah Cipulir
Muhammadiyah Cipulir berdiri pada tahun 1960-an ketika Haji Agus yang berasal dari Sumatera menetap di Cipulir yang merupakan pusat perdagangan tekstil terbesar kedua setelah Tanah Abang di Jakarta. Ia bertemu dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah di cabang Cipulir, termasuk Ibu Hajjah Djoharin, yang merupakan perempuan pertama pemimpin Muhammadiyah di daerah tersebut. Muhammadiyah Cipulir menganut prinsip pemurnian dan modernisasi ajaran Islam yang hingga saat ini masih menjadi tokoh utama gerakan Muhammadiyah di Ranting Ulujami.
Tokoh Dominan dibalik berkembangnya Muhamadiyah Cipulir
Estafet yang kemudian dilanjutkan oleh tokoh militer yang terkenal dengan panggilan Pak Prodjo. HS. Prodjokusumo, juga dikenal sebagai Haji Soedarsono Prodjokusumo, adalah seorang tokoh dalam organisasi Muhammadiyah. Ia terlibat dalam pendirian lembaga pendidikan dan dikenal atas kontribusinya terhadap Muhammadiyah.
Pak Prodjo, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan pendidikan di lingkungan Muhammadiyah. Beliau terlibat aktif dalam pendirian lembaga pendidikan dan berperan penting dalam awal pengembangan fasilitas pendidikan Muhammadiyah di Jakarta. Pada tahun 1955 diangkat sebagai sekretaris panitia pembangunan pendirian Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) bekerja sama dengan Kementerian Agama RI. Selanjutnya setelah Muktamar Muhammadiyah tahun 1985, HS. Prodjokusumo membentuk Dewan Pembina Lembaga Pendidikan Muhammadiyah untuk meningkatkan mutu pendidikan di jaringan Muhammadiyah. Upaya dan pengaruhnya sebagai tokoh Muhammadiyah juga diakui melalui berbagai penghargaan dan tanda kehormatan
Selain kontribusinya sebagai aktivis muhamadiyah di cipulir, Pak Prodjo juga aktif dalam pendirian Kokam (Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah), sebuah organisasi kepemudaan di bawah organisasi Muhammadiyah. Beliau berperan penting dalam pendirian dan pengembangan Kokam yang bertujuan untuk mempersiapkan generasi muda menjadi pemimpin yang siap menghadapi berbagai tantangan di masyarakat. Kontribusi Pak Prodjo kepada Kokam tidak hanya dalam pembentukan organisasi tetapi juga dalam pengembangan visi dan misinya. Ia menilai, Kokam tidak hanya fokus pada latihan fisik, namun juga pengembangan karakter dan kepemimpinan. Kepemimpinan dan visi Pak Prodjo menjadikan Kokam sebagai salah satu organisasi pemuda terkemuka di Indonesia.
Betawi Cipulir dan Perkembangannya
Cipulir merupakan kawasan di Kebayoran Lama, Jakarta, yang kaya akan warisan budaya Betawi. Daerah tersebut dikenal dengan upayanya melestarikan dan mempromosikan budaya Betawi melalui berbagai acara dan kegiatan. Kebudayaan Betawi di Cipulir, seperti wilayah lainnya di Jakarta, mencerminkan keberagaman sosial, religius, dan budaya yang kaya. Hal ini juga dapat menjadi salah satu daya tarik wisata dan peningkatan kesadaran akan keberagaman budaya di masyarakat.
- Seni Pertunjukan: Seni pertunjukan tradisional Betawi seperti Tanjidor, Kuda Lumping, Lenong, dan Wayang Betawi masih dipertahankan dan dipraktikkan dalam berbagai acara adat, perayaan, dan acara kebudayaan di Cipulir.
- Kuliner: Masakan khas Betawi, seperti soto Betawi, kerak telor, sate blengong, ketoprak, dan gado-gado Betawi, mungkin tetap menjadi favorit di Cipulir. Warung-warung makanan dan pedagang kaki lima di daerah tersebut dapat menyajikan hidangan-hidangan ini.
- Upacara Adat: Tradisi-tradisi pernikahan, sunatan, atau perayaan hari besar Islam dan adat Betawi lainnya masih dijalankan oleh masyarakat di Cipulir dengan cara yang khas.
- Arsitektur: Meskipun kemungkinan telah terjadi modernisasi dan perkembangan, namun masih ada rumah-rumah tradisional Betawi yang mempertahankan gaya arsitektur khas Betawi di Cipulir.
- Bahasa dan Istilah Khas: Beberapa istilah dan ungkapan dalam bahasa Betawi mungkin masih digunakan secara aktif oleh masyarakat setempat.
Eksistensi Muhammadiyah & Kebudayaan Betawi Cipulir
Sebagai satu kesatuan entitas yang tak terpisahkan; Muhamadiyah juga turut andil memainkan peran penting ditengah perkembangan masyarakat Cipulir. Kondisi ini tentu tidak terlepas dari prinsip yang dipegang teguh para tokoh Muhamadiyah dan juga tokoh Betawi cipulir untuk mendorong pemerataan sisi keislaman yang melekat kuat di masyarakat Cipulir. Pembauran dua entitas ini mengindikasikan keberagaman yang berbaur padan untuk memajukan dan menyelelaraskan nilai-nilai kearifan lokal sebagai identitas masyarakat Cipulir.
Asimilasi Masyarakat Cipulir
Asimilasi antara Muhammadiyah dan kebudayaan Betawi di Cipulir, atau di mana pun, dapat terjadi melalui berbagai cara dan proses. Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang memiliki basis luas di Indonesia, termasuk di Jakarta, dan Betawi sebagai suku yang memiliki budaya khas, telah saling berinteraksi dan berdampingan dalam konteks sosial, budaya, dan agama.
Beberapa bentuk asimilasi antara Muhammadiyah dan kebudayaan Betawi di Cipulir mungkin termasuk:
- Pendidikan dengan nilai-nilai keislaman: Muhammadiyah sering kali mendirikan sekolah-sekolah yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam kurikulum pendidikan. Sekolah-sekolah ini dapat menjadi tempat di mana budaya Betawi dapat diselaraskan dengan pendekatan pendidikan yang berbasis Islam.
- Kegiatan Keagamaan dan Budaya: Dalam kegiatan keagamaan seperti pengajian, shalat berjamaah, atau acara-acara keagamaan lainnya, elemen-elemen budaya Betawi dapat dimasukkan, misalnya melalui seni pertunjukan atau sajian makanan khas Betawi dalam acara-acara sosial keagamaan.
- Pengembangan Kesejahteraan Masyarakat: Muhammadiyah biasanya aktif dalam program-program yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks Cipulir, upaya ini dapat mencakup pengembangan ekonomi lokal yang juga mencerminkan nilai-nilai kebudayaan Betawi, seperti melalui pengembangan kerajinan atau industri kreatif lokal.
- Partisipasi dalam Tradisi Lokal: Anggota Muhammadiyah yang tinggal di Cipulir bisa juga ikut serta dalam tradisi dan kegiatan kebudayaan Betawi yang ada di daerah tersebut, seperti perayaan hari besar, upacara adat, atau pertunjukan seni tradisional.
Dengan asimilasi yang berlangsung, penting untuk memahami bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi Islam dapat menyelaraskan nilai-nilai agama dengan tradisi lokal tanpa mengorbankan prinsip-prinsip Islam yang mendasar. Ini adalah bentuk dinamika budaya yang sering terjadi di berbagai komunitas di Indonesia, di mana keberagaman budaya dan agama dapat hidup berdampingan dan saling melengkapi.
Referensi:
https://muhammadiyah-cipulir.com/
https://smamuh18jakarta.sch.id/sejarah/
https://web.suaramuhammadiyah.id/2021/06/10/hs-prodjokusumo-pencetus-kokam-tokoh-perguruan-muhammadiyah/
https://pwmu.co/245100/06/25/letkol-hs-prodjokusumo-sang-pendiri-kokam-ini-lima-idenya-untuk-muhammadiyah1/4/
https://www.radarindonesianews.com/gebyar-budaya-betawi-di-cipulir/
https://www.wartapesona.com/pesona-kuliner/pr-5904336927/warga-betawi-jakarta-selatan-menggelar-festival-budaya-betawi-kebayoran-lama-cipulir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah memberi masukan kepada kami!