Indonesia merupakan salah satu negara dengan keragaman suku, agama, budaya, dan bahasa dari sekian banyak negara multikultural di dunia Keberagaman menjadi salah satu aset terpenting kekayaan bangsa yang perlu dikelola dengan bijak dan arif agar menjadi modal sosial dalam konteks pembangunan nasional hari ini dan kedepannya. Prinsip dasar pengelolaan kebinekaan di Indonesia seyogyanya tidak hanya menjadi semboyan, melainkan "Bhinneka Tunggal Ika" menjadi landasan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Asal-Usul Semboyan Bhinneka Tunggal Ika
Catatan sejarah menoreh semboyan Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa sansekerta dari kitab Sutasoma, karya Mpu Tantular yang hidup pada masa Kerajaan Majapahit di abad ke-14. Kitab ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan mengandung ajaran toleransi serta persatuan dalam keberagaman.
Berikut adalah kutipan asli dari kitab Sutasoma:
"Bhinneka Tunggal Ika, tan hana dharma mangrwa."
Terjemahan:
"Berbeda-beda tetapi tetap satu, tidak ada kebenaran yang mendua."
Melalui karyanya, Mpu Tantular menekankan pentingnya toleransi antarumat beragama, khususnya antara Hindu dan Buddha yang saat itu menjadi agama dominan di Nusantara yang menjadi cikal bakal Masyarakat Indonesia. Makna dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika mencerminkan falsafah hidup masyarakat Indonesia yang pluralistik. Beberapa makna penting dari semboyan ini adalah:
- Persatuan dalam Keberagaman. Meskipun terdiri dari berbagai entitas baik suku, agama, dan budaya, bangsa Indonesia tetap menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
- Toleransi dan Kerukunan. Setiap orang bahkan kelompok sosial di Indonesia harus saling menghormati perbedaan, serta menjunjung tinggi nilai toleransi.
- Modal Sosial bagi Pembangunan Nasional. Keberagaman yang dikelola dengan baik dapat menjadi modal sosial untuk memperkuat pembangunan di berbagai bidang, termasuk ekonomi, pendidikan, dan politik.
![]() |
Gambar 1. Peta Indonesia |
Mengelola Kebinekaan untuk Pembangunan Nasional
Untuk mewujudkan kebinekaan sebagai modal sosial demi pembangunan nasional, diperlukan berbagai upaya konkret dari semua pihak, diantara lain:
- Penguatan Pendidikan Karakter. Pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai kebinekaan, toleransi, dan persatuan harus diterapkan sejak dini.
- Meningkatkan Kesadaran Multikultural. Masyarakat harus didorong untuk memahami dan menghargai budaya lain guna menghindari konflik sosial.
- Penerapan Nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari. Sebagai dasar negara, Pancasila mengandung nilai-nilai yang mendukung pengelolaan keberagaman secara harmonis.
- Membangun Kebijakan Publik yang Inklusif. Pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan yang mengakomodasi keberagaman tanpa adanya diskriminasi.
Kesimpulan
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar kata-kata, melainkan falsafah yang harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pengelolaan kebinekaan yang baik, Indonesia dapat membangun persatuan dan memanfaatkan keberagaman sebagai modal sosial demi mencapai tujuan nasional.
Glosarium
- Pluralistik berarti paham atas keberagaman atau keadaan masyarakat yang majemuk. Kata pluralistik berasal dari kata dasar plural yang berarti jamak atau lebih dari satu
- Konkret berarti nyata, benar-benar ada, berwujud, dapat dilihat, diraba, dan sebagainya.
Daftar Pustaka
- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
- Koentjaraningrat. (2009). Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia.
- Kaelan, M.S. (2017). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
- Suhartono, H. (2018). Multikulturalisme dan Kebangsaan. Jakarta: Rajawali Pers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah memberi masukan kepada kami!