Pembiasaan Diri untuk Melestarikan Lingkungan - Pertemuan 2


 Tujuan Pembelajaran:

  1. Siswa mampu menjelaskan hasil kebudayaan manusia pada masa praaksara sebagai bentuk upaya pelestarian lingkungan oleh manusia di masa lalu.
  2. Siswa mampu mengidentifikasi kearifan lokal Indonesia yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan dan mengaitkannya dengan kebiasaan melestarikan alam.
  3. Siswa mampu menerapkan konsep-konsep kearifan lokal dalam kegiatan sehari-hari sebagai upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan.
I. Hasil Kebudayaan Manusia Praaksara

Manusia pada masa praaksara (masa sebelum manusia mengenal tulisan) hidup dengan memanfaatkan alam secara langsung. Mereka memiliki sistem kehidupan yang sangat bergantung pada lingkungan, sehingga secara alami manusia pada masa ini berperan aktif dalam menjaga keseimbangan alam.

Beberapa hasil kebudayaan praaksara yang relevan dengan pelestarian lingkungan:

  • Alat-Alat dari Batu: Pembuatan alat dari batu, seperti kapak perimbas dan alat-alat serpih, menunjukkan keterampilan masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya alam tanpa merusak lingkungan dalam skala besar. Alat-alat ini dibuat sederhana, digunakan secara bertanggung jawab, dan tidak menghasilkan limbah yang merusak.
  • Rumah dan Tempat Tinggal: Tempat tinggal manusia praaksara cenderung sederhana dan mudah menyatu dengan lingkungan sekitar, seperti rumah dari daun-daun besar, kayu, atau gua. Gaya hidup ini mengurangi dampak negatif terhadap alam dan menciptakan harmoni dengan lingkungan.
  • Sistem Berburu dan Meramu: Manusia pada masa ini belum mengenal teknik pertanian atau peternakan secara besar-besaran. Mereka berburu dan meramu secara alami sehingga tidak menyebabkan eksploitasi terhadap flora dan fauna dalam skala besar.

2. Mengenal Kearifan Lokal Indonesia

Kearifan lokal di Indonesia menunjukkan nilai-nilai budaya yang diwariskan secara turun-temurun, berkaitan dengan hubungan manusia dengan alam sekitar. Berbagai adat dan tradisi masyarakat lokal mengandung filosofi yang menghormati dan melindungi lingkungan, yang kini diakui sebagai warisan budaya berharga.

Beberapa contoh kearifan lokal yang mendukung pelestarian lingkungan:

  • Mamukek: Tradisi ini lekat dengan masyarakat Sumatra Barat. Tradisi menangkap ikan secara kolektif menggunakan pukat, mencerminkan semangat gotong royong dan kebersamaan dalam masyarakat pesisir.
  • Tradisi Ngobeng: Ini adalah tradisi masyarakat Sumatra Selatan yang menjamu tamu dengan makan bersama yang melibatkan penyajian hidangan khas, seperti nasi minyak dan gulai kambing, untuk mempererat silaturahmi antaranggota keluarga dan tamu.
  • Subak di Bali: Sistem pengairan yang digunakan dalam pertanian di Bali, dikenal sebagai Subak, tidak hanya mengatur distribusi air tetapi juga berlandaskan pada prinsip-prinsip spiritual dan keselarasan dengan alam. Sistem ini telah membantu menjaga ekosistem sawah dan mengurangi risiko banjir. 
    Ilustrasi Subak

  • Sasi di Maluku dan Papua: Sasi adalah praktik pelarangan sementara dalam memanfaatkan sumber daya alam, seperti ikan atau hasil laut lainnya, pada periode tertentu. Tujuannya adalah memberi waktu pada alam untuk memulihkan diri, sehingga pemanfaatan sumber daya tidak merusak ekosistem.
  • Tana Ulen di Kalimantan: Di kalangan masyarakat Dayak, Tana Ulen adalah kawasan hutan yang dilindungi. Kawasan ini dikelola untuk menjaga keberlanjutan flora dan fauna serta menjaga agar hutan tetap lestari. 
    Ilustrasi tanah ulen

  • Awig-Awig di Lombok: Masyarakat adat di Lombok memiliki aturan yang disebut awig-awig, yang mengatur interaksi antara manusia dan lingkungannya. Awig-awig ini mengandung peraturan seperti larangan menebang pohon sembarangan, peraturan menjaga sumber mata air, dan larangan membuang sampah sembarangan.

3. Melestarikan Lingkungan Berdasarkan Kebudayaan Praaksara dan Kearifan Lokal

Menggabungkan pelajaran dari budaya masa praaksara dan kearifan lokal membantu kita memahami pentingnya menjaga lingkungan melalui kebiasaan sederhana sehari-hari. Berikut adalah beberapa contoh cara yang bisa diterapkan oleh siswa:

  • Penggunaan Alat Ramah Lingkungan: Mengurangi penggunaan barang-barang sekali pakai dan memilih alat yang tahan lama, mirip dengan alat-alat sederhana yang dibuat pada masa praaksara.
  • Menghormati Alam di Sekitar: Menghargai lingkungan dan sumber daya alam dengan tidak mencemarinya. Misalnya, tidak membuang sampah sembarangan, menghemat air, dan menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
  • Mengadopsi Nilai-Nilai Kearifan Lokal: Mengikuti praktik lokal yang menjaga lingkungan, seperti memilah sampah, menghemat energi, serta mendukung kegiatan pelestarian alam dan budaya setempat.

Rangkuman:

Dengan memahami hasil kebudayaan manusia praaksara dan kearifan lokal di Indonesia, siswa dapat mengenali nilai-nilai yang mendukung kelestarian lingkungan. Melalui pembiasaan diri untuk melestarikan alam, seperti halnya para leluhur kita, siswa dapat menjadi generasi yang sadar lingkungan.

Referensi:

  • Soekmono, R. (1973). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Yayasan Kanisius.
  • Fage, J.D., & Oliver, R. (1977). The Cambridge History of Africa. Cambridge University Press.
  • Dharmawan, A.H. (2003). Kearifan Lokal, Ekologi, dan Masyarakat. Bogor: Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat IPB.
  • Dove, M.R. (1993). Theories of Swidden Agriculture, and the Political Economy of Ignorance. In Local Knowledge.
  • Koentjaraningrat. (1987). Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
  • Hidayati, D. (2008). Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah memberi masukan kepada kami!